KORPUS UTERUS

RESENSI BUKU “KORPUS UTERUS”

 

Judul : Korpus Uterus

Penulis : Sasti Gotama

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Kota terbit : Jakarta

Tahun terbit : 2025

Jumlah halaman : 296 halaman

Bahasa : Indonesia

ISBN : 9786020683775

 

 

Korpus Uterus adalah novel fiksi karya Sasti Gotama mengangkat isu sensitif dan jarang disentuh secara berani dalam sastra Indonesia: hak atas tubuh dan kuasa perempuan terhadap organ reproduksinya.  Novel ini berkisah tentang seorang laki-laki bernama Luh, ang sejak lahir tidak diinginkan kehadirannya, hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan mengalami kerasnya realitas sosial. Luh memiliki kekurangan fisik—telinga yang berbentuk seperti bunga kol—namun justru dari kekurangan itu ia memiliki kemampuan istimewa: kepekaan pendengaran luar biasa yang membuatnya dapat menangkap suara-suara dari jarak jauh, baik yang tampak maupun yang tersembunyi oleh realitas sosial.

Perjalanan hidup Luh membawanya pada berbagai pengalaman ekstrem. Ia pernah hidup di jalanan, berinteraksi dengan kelompok marginal, hingga akhirnya tinggal bersama para pekerja seks. Dari lingkungan itu, ia menyaksikan banyak perempuan yang terjebak dalam sistem patriarki dan ekonomi yang menindas, termasuk mereka yang berjuang mempertahankan hak atas tubuh mereka sendiri. Pengalamannya kemudian membawanya bertemu seorang dokter kandungan (obgyn), yang menjadi titik balik hidupnya. Ia mulai memahami bahwa tubuh manusia, khususnya tubuh perempuan, sering dianggap sebagai medan kuasa yang diperebutkan oleh negara, oleh moralitas sosial, bahkan oleh laki-laki.

Novel ini memancing refleksi mendalam tentang persoalan moral, hukum, dan kemanusiaan. Keputusan Luh untuk membuka praktik aborsi ilegal bukan semata tindakan kriminal, melainkan bentuk perlawanan terhadap sistem yang menutup akses perempuan terhadap layanan kesehatan reproduksi yang aman. Dari sudut pandang Luh, aborsi bukan sekadar isu medis atau moral, tetapi bagian dari perjuangan hidup perempuan yang kerap dipaksa memikul konsekuensi sosial seorang diri. Lewat tokoh Luh, Sasti Gotama mempertanyakan: apakah keadilan hanya milik mereka yang memiliki kuasa menentukan aturan?

Dengan gaya penceritaan yang gelap, emosional, namun menyentuh, Korpus Uterus menghadirkan kritik sosial tajam mengenai bagaimana tubuh perempuan selama ini tidak pernah sepenuhnya menjadi miliknya sendiri. Novel ini tidak menawarkan jawaban yang hitam-putih, tetapi justru membuka ruang dialog tentang hak reproduksi, pilihan hidup, trauma, dan empati. Sebuah karya yang provokatif, menggugah, dan berhasil menantang pembaca untuk melihat isu kemanusiaan dari sudut pandang yang lebih kompleks.

Kelebihan Novel : 

  • Gaya bercerita yang cukup tajam dan puitis
  • Tema yang cukup ekstrim dan tidak umum/jarang dibahas
  • Membuat pembaca mendalami dan merasakan psikologis yg ada dalam novel

Kekurangan Novel : 

  • Tema cukup berat dan tidak cocok untuk semua pembaca
  • Ending yang cukup tapi gantung
  • Bisa merasa tidak nyaman ketika membacanya karena pendekatan moral yang abu-abu

 

Shabrina Mumtaz