Artikel
Aksi Untuk Riset (AKUR)
Malang, 7 Juni 2025 – Sebuah terobosan dalam dunia penelitian kearsipan dan preservasi digital berhasil diwujudkan melalui penyelenggaraan Aksi Untuk Riset (AKUR), program unggulan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan (HMPIP) Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Kegiatan yang berlangsung selama satu bulan penuh, dari 7 Mei hingga 7 Juni 2025, ini berfokus pada upaya revitalisasi arsip sejarah melalui pendekatan penelitian kolaboratif di Museum Brawijaya Malang, dengan mengusung tema “Synergizing Knowledge: Revitalizing History through Research”.
Program AKUR dilahirkan sebagai respons atas tantangan kompleks yang dihadapi institusi budaya dalam mempertahankan warisan sejarah. Berdasarkan studi pendahuluan, Museum Brawijaya sebagai salah satu museum sejarah terkemuka di Jawa Timur menyimpan 586 arsip surat lepas, 34 rol film, dan puluhan arsip foto bernilai tinggi yang menghadapi ancaman serius degradasi fisik. Kondisi ini diperparah oleh keterbatasan anggaran preservasi yang hanya mencapai 5% dari total dana operasional, jauh di bawah standar rekomendasi International Council of Museums (ICOM) yang mensyaratkan minimal 20%. Muhammad Wildan Faza, Ketua Pelaksana AKUR 2025, menegaskan bahwa AKUR hadir untuk menjembatani kesenjangan antara teori akademis dengan kebutuhan riil di lapangan, dengan menciptakan sinergi antara mahasiswa, akademisi, dan praktisi museum dalam menjawab tantangan preservasi arsip sejarah.
Selama satu bulan pelaksanaan, AKUR menyelenggarakan serangkaian kegiatan terstruktur yang melibatkan 18 peserta yang terdiri dari 6 volunteer penelitian, 8 panitia inti, 3 steering committee, dan 1 narasumber ahli dari kalangan TNI. Kegiatan diawali dengan fase observasi dan pengenalan pada 7 Mei 2025, dimana peserta melakukan kunjungan langsung ke Museum Brawijaya untuk mengamati kondisi fisik arsip, sistem penyimpanan, dan proses preservasi yang telah berjalan, sekaligus mendapatkan pengarahan langsung dari Kepala Museum Brawijaya mengenai profil dan tantangan yang dihadapi. Selanjutnya, pada fase konsultasi dan penyusunan proposal yang berlangsung dari 20 hingga 28 Mei 2025, peserta mengembangkan proposal penelitian melalui serangkaian pertemuan dengan dosen pembimbing yang membahas metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis temuan lapangan. Fase wawancara mendalam pada 21 dan 28 Mei 2025 menghadirkan narasumber kunci dari kalangan TNI yang memberikan pemahaman komprehensif mengenai konteks historis dan urgensi preservasi, sementara fase analisis dan penyusunan laporan pada 7 Juni 2025 menjadi puncak kegiatan dimana peserta menyempurnakan laporan penelitian berdasarkan revisi dari dosen pembimbing dan temuan lapangan terkini.
Gambar 1. Narasumber menunjukkan beberapa arsip yang disimpan dalam Museum Brawijaya
Berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan, tim AKUR berhasil mengungkap kondisi fisik arsip yang memprihatinkan dimana sebagian besar dari 586 arsip surat lepas mengalami kerusakan fisik signifikan berupa kertas menguning dan rapuh akibat kandungan asam tinggi, serta tinta yang memudar, sementara 60% dari 34 rol film koleksi museum menunjukkan tanda-tanda degradasi serius seperti bercak jamur, lapisan emulsi terkelupas, dan beberapa bahkan pecah akibat penyimpanan yang tidak optimal. Di sisi lain, tantangan digitalisasi yang multidimensi terlihat dari upaya museum yang telah mengonversi 15 rol film ke format digital dan mengunggahnya ke kanal YouTube, namun masih menghadapi kendala mendasar dimana museum hanya memiliki satu scanner flatbed yang tidak dirancang untuk dokumen bersejarah sehingga dari total surat lepas, baru 40% yang berhasil dipindai, seperti yang diungkapkan salah satu staf museum dalam wawancara. Keterbatasan SDM dan infrastruktur juga menjadi hambatan serius dimana hanya 2 dari 10 staf museum yang pernah mendapatkan pelatihan di bidang kearsipan digital, ditambah dengan ruang penyimpanan arsip yang masih menggunakan lemari kayu konvensional tanpa pengendalian suhu dan kelembaban yang memadai, padahal standar ANRI mensyaratkan penyimpanan pada suhu 18-22°C dengan kelembaban 45-55%.
Gambar 2. Narasumber mengawal para peneliti untuk melihat keadaan arsip lainnya di Museum Brawijaya
Berdasarkan temuan tersebut, AKUR merumuskan rekomendasi strategis yang komprehensif meliputi penerapan Model OAIS untuk preservasi digital jangka panjang dengan standar metadata yang terstruktur, penguatan kapasitas SDM melalui program magang mahasiswa dan pelatihan bulanan yang berkelanjutan, inovasi pendanaan melalui pengajuan hibah “Digitalisasi Warisan Budaya” Kemdikbud dan skema crowdfunding, serta revitalisasi infrastruktur dengan pengadaan peralatan preservasi dasar seperti dehumidifier dan scanner khusus. Program AKUR tidak hanya berhasil menghasilkan laporan penelitian yang komprehensif, tetapi juga menciptakan dampak yang lebih luas melalui peningkatan kapasitas mahasiswa yang mendapatkan pengalaman langsung dalam metodologi penelitian, analisis data, dan penulisan akademis, kontribusi nyata bagi museum dimana rekomendasi yang dihasilkan dapat menjadi panduan operasional bagi pengelolaan arsip ke depan, jejaring kolaboratif melalui kemitraan antara HMPIP FIA UB dengan Museum Brawijaya untuk program berkelanjutan, serta potensi publikasi akademis dimana hasil penelitian diharapkan dapat dipublikasikan dalam jurnal ilmiah sebagai kontribusi bagi perkembangan ilmu perpustakaan dan kearsipan. Wildan menutup dengan keyakinan bahwa AKUR telah membuktikan peran mahasiswa sebagai katalisator perubahan dalam pelestarian warisan budaya, sekaligus menjadi awal dari perjalanan panjang dalam berkontribusi bagi preservasi sejarah Indonesia, dimana dengan ditutupnya kegiatan AKUR 2025, HMPIP FIA UB telah meletakkan fondasi kuat untuk program penelitian berkelanjutan yang tidak hanya bermakna akademis, tetapi juga memiliki dampak sosial yang nyata dalam melestarikan memori kolektif bangsa untuk generasi mendatang.
![]() |
![]() |
| Gambar 3. Sesi Diskusi dan Dokumentasi bersama Dosen Pembimbing | Gambar 4. Sesi Dokumentasi bersama Narasumber |
Kontak Media:
Muhammad Wildan Faza – Ketua Pelaksana AKUR 2025 – 088227130815


