POLICY AND RESEARCH FOR INFORMATION SOLUTION (POLARIS)
“Building Trust Through Better Information”
POLARIS (Policy and Research for Information Solution) adalah salah satu program kerja unggulan dari Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Brawijaya. Program ini dirancang sebagai wadah mahasiswa untuk melatih kemampuan berpikir kritis sekaligus mengasah keterampilan problem solving dalam menghadapi isu-isu nyata yang terjadi di masyarakat maupun instansi. Sesuai dengan namanya, POLARIS berorientasi pada upaya pencarian solusi berbasis riset dan diskusi kebijakan, sehingga mahasiswa tidak hanya belajar teori di bangku kuliah, tetapi juga berlatih mengaitkannya dengan praktik di lapangan. Pada tahun 2025, POLARIS mengangkat tema “Building Trust Through Better Information” yang relevan dengan kondisi informasi di era digital yang penuh tantangan.
Kegiatan POLARIS kali ini dilaksanakan pada Kamis, 28 Agustus 2025 mulai pukul 16.00 hingga 19.00 WIB di Pendopo Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. Suasana pendopo yang terbuka dan akrab dipilih untuk mendukung terciptanya diskusi santai namun tetap serius. Peserta yang hadir berjumlah 43 orang, terdiri dari 30 mahasiswa peserta aktif, 8 panitia penyelenggara, 3 steering committee, 1 pemateri, dan 1 tamu undangan. Jumlah ini menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi, baik dari mahasiswa maupun pihak pendukung kegiatan.
Tujuan utama dari POLARIS adalah meningkatkan kemampuan problem solving mahasiswa dengan cara mendiskusikan masalah nyata di suatu instansi, dengan mendiskusikan permasalahan informasi di lingkungan Disperpusip Kota Malang, dan menemukan solusi yang tepat berdasarkan bidang ilmu perpustakaan, informasi, dan kearsipan.
Acara dimulai oleh pembawa acara, Dyah Ayu Ciptasari, yang memandu doa bersama sebagai wujud rasa syukur. Selanjutnya, sambutan dari Ketua Pelaksana acara POLARIS dan Wakil Ketua Umum HMPIP 2025 menegaskan pentingnya kegiatan ini sebagai wadah belajar sekaligus sarana kontribusi mahasiswa bagi perkembangan informasi di masyarakat.
Memasuki acara inti, tepat pukul 16.45 WIB, pemaparan materi disampaikan oleh Ir. Yayuk Hermiati, MH. dengan topik “Membangun Kepercayaan Melalui Informasi yang Valid.” Dalam paparannya, beliau menekankan pentingnya pengelolaan data yang transparan, jujur, dan etis di tengah derasnya arus informasi dan tantangan disinformasi. Perpustakaan, menurutnya, memiliki peran penting sebagai pusat pengelolaan informasi yang memberikan nilai tambah bagi pemustaka. Strategi yang dapat dilakukan mencakup pengembangan koleksi, peningkatan kompetensi pustakawan, serta sosialisasi literasi informasi yang konsisten. Beliau juga menjelaskan bahwa kepercayaan publik tidak dibangun sekali waktu, melainkan harus dijaga secara berkelanjutan agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengambilan keputusan.
Lebih lanjut, Yayuk Hermiati memaparkan berbagai kendala yang dihadapi Disperpusip Kota Malang dalam membangun kepercayaan masyarakat. Pertama, adanya perubahan cara pandang masyarakat yang lebih memilih mencari informasi melalui gawai daripada mengunjungi perpustakaan. Kedua, masih sedikit pustakawan yang mengemas ulang informasi sehingga muncul persepsi bahwa pekerjaan pustakawan bisa digantikan oleh kecerdasan buatan. Ketiga, perpustakaan sering dianggap kurang menarik sebagai lembaga layanan publik sehingga perhatian masyarakat lebih banyak tertuju pada fasilitas lain. Uraian ini membuka mata peserta bahwa permasalahan perpustakaan tidak hanya soal koleksi, tetapi juga menyangkut citra, peran pustakawan, dan strategi adaptasi terhadap perkembangan teknologi.
Setelah materi disampaikan, acara berlanjut pada sesi diskusi kelompok yang berlangsung dari pukul 17.25 hingga 17.55 WIB. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta untuk menawarkan solusi atas kendala yang dihadapi Disperpusip. Kelompok pertama menekankan pentingnya memperbarui layanan agar lebih sesuai dengan perkembangan teknologi, terutama dalam menyediakan koleksi yang memadai sehingga pemustaka tidak kembali bergantung pada gawai. Kelompok kedua menyarankan langkah kecil yang bisa dimulai dengan mengajak teman untuk berkunjung ke perpustakaan, memanfaatkan ponsel untuk membaca ebook, dan menambah koleksi digital. Sementara kelompok ketiga berfokus pada analisis kebutuhan pengunjung, penentuan target audiens yang lebih jelas, promosi melalui media sosial, serta peningkatan layanan dengan cara menyederhanakan pembuatan kartu anggota.
Pada pukul 17.55 hingga 18.15 WIB, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di hadapan peserta lain dan pemateri. Presentasi ini menghasilkan beragam perspektif yang memperkaya wawasan bersama mengenai strategi pengembangan perpustakaan.
Selama sesi tanya jawab, peserta tampak sangat aktif menyampaikan pertanyaan yang beragam dan kritis. Beberapa di antaranya menyoroti alasan Disperpusip menjalin kerja sama dengan dinas sosial terkait layanan psikiater, isu keterbatasan koleksi bacaan di perpustakaan yang hanya dapat diperbarui menyesuaikan anggaran, hingga pertanyaan mengenai efektivitas perpustakaan dalam meningkatkan literasi masyarakat. Semua pertanyaan tersebut dijawab dengan jelas oleh pemateri, yang menekankan bahwa program kerja sama tidak membebani anggaran perpustakaan, pengadaan koleksi memang mengikuti usulan pemustaka dan keterbatasan dana, serta data menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada minat baca masyarakat Kota Malang dalam tiga tahun terakhir. Sesi ini semakin memperkuat pemahaman peserta mengenai tantangan nyata yang dihadapi perpustakaan sekaligus langkah-langkah strategis yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
Acara kemudian ditutup dengan sesi dokumentasi bersama seluruh peserta, panitia, dan pemateri. Kegiatan yang berlangsung hingga pukul 19.00 WIB ini memberikan kesan mendalam bagi semua yang hadir, karena bukan hanya menghadirkan ilmu dan diskusi kritis, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya peran perpustakaan dalam membangun kepercayaan publik melalui informasi yang lebih baik. POLARIS 2025 berhasil menunjukkan bahwa mahasiswa mampu mengambil peran strategis dalam memberikan solusi nyata terhadap persoalan informasi di masyarakat.





